Alenia 67 Hamparan, nuansa hijau permai, menengadah, tepat dibalik jendela kamarku. Belukar kangkung mengapung apung diatas kubangan air, terbuka rata disepetak tanah milik tetanggaku yang telah diacuhkan perpuluh puluh tahun. Kini tanah yang tak bertuan itu berubah bak permadani hijau pelabuhan risalahku. Aku beri nama kesayangan untuknya Pandanarum. Indah bukan buatan!!! Disamping rerimbunan kangkung hijau segar nan teduh, gelagah tinggi semampai. Ruang gaduh paling riang, tempat paling special bagi kawanan burung burung,,pagi burung pipit mengcuit cuit, tertungging tunging kegirangan, merembat matahari setengah siang, burung jendet ngoceh tak keruan sembarang suara. Mereka bergelantungan suka suka hati, sembarang ocehan di udarakan. Selaras itu kangkung kangkung itu merekah bunganya,,putih keungu unguan,,di temani sinar mentari yang sedikit menyingsing keharibaan di ujung timur, berjalan kebarat. Tak terbilang lagi apa yang harus aku ucapkan. Yuyu –kepiting jawa- begitu warga kami menamainya, tak kalah girang. Dibangunlah rumah rumah sekitaran hamparan permadani. Hidup rukun. Sesekali mereka keluar dari lubang sarangnya. Berjalan miring sambil mengacungkan kedua cupitnya yang besar besar. Katak dan berudu, keluarga anak beranak tak mau ketinggalan, hanya saja kawanku yang satu ini beda sip dengan yuyu dan burung burung tadi. Mereka –katak dan beruru- akan menghiburku nanti malam. Ketika hatiku tak lagi aku tertanggungkan.Karena kecewa atau lagi patah hati. Disana haribaanku mengumbar risalah hati. Saban pagi, selepas bangun tidur, pagi tak pernah aku lewatkan acara seperti ini. Ritual penghilang keluhan, pandanarum inilah yang banyak berjasa padaku. Disaat aku patah hati, jenuh berdharma bakti, kecewa yang tak kunjung purna, saat aku merasa manusia yang paling berdosa, Merekalah –pandanarum- sang penghibur, kawan sejati nan gemulai tata wibisana. Aku beruntung pernah tinggal disini. Di Tempat yang kelu ini. Namun nan permai permadani.
.
Di rekrut Oleh Tiga Juli (Mas KOT)
.
Di rekrut Oleh Tiga Juli (Mas KOT)
