PERIHAL ORANG MIISKIN YANG BAHAGIA

Kisah – Kisah Sederhana

PERIHAL ORANG MIISKIN YANG BAHAGIA

“AKU sudah resmi jadi oaring miskin. ” katanya, sambil memperlihatkan Kartu Tanda Miskin yang baru diperoleh dari kelurahan. ” Lega rasanya, karena setelah bertahun-tahun hidup miskin, akhirnya mendapat pengakuan juga.”
Kartu Tanda Miskin itu masih bersih, licin dan mengkilat karena di laminating. Dengan perasaan bahagia ia menyimpan kartu itu di

dompetnya yang lecek dan kosong.
”Namun, bila aku pingin berbelanja, aku tinggal menggeseknya,”

Diam-diam aku suka mengintip rumah orang miskin itu. Ia sering duduk melamun, sementara anak-anaknya yag dekil bermain riang menahan lapar, ”Kelak, mereka pasti akan menjadi orang miskin yang baik dan sukses, ” gumamnya.
Suatu sore, aku melihat orang miskin itu menikmati teh pahit bersama istrinya, Kudengar orang miskin itu berkata mesra, ”Ceritakan Kisah paling lucu dalam hidup kita...”
”Ialah ketika aku dan anak-anak begitu kelaparan, lalu menyembelihmu, ”jawab isrtinya. Mereka pun tertawa.
Aku selalu iri menyaksikan kebahagian mereka.

Orang miskin itu dikenal ulet. Ia mau bekerja serabutan apa saja. Jadi tukang beacak, kuli angkut, buruh bangunan, pemulung, tukang parkir. Pendeknya, siang malam ia membanting tulang, tapi alhamdulillah tetap miskin.
”Barang kali aku memang run-temurun dikutukjadi miskin, ”ujarnya, tiap kali ingat ayahnya yang miskin, kakeknya yang miskin, juga simbah buyutnya yang miskin.
Ia pernah mendatangi dukun. Berharap bisa mengubah garis buruk tangannya, ”kamu memang punya bakat jadi oarang miskin. ”kata dukun itu. ”Mestinya kamu bersyukur, karena tidak setiap orang punya bakat miskin seperti kamu.”
Kudengar, sejak itulah, orang miskin itu berusaha konsisten miskin.

Pernah dengan malu-malu, ia berbisik padaku. ”Kadang bosan juga aku jadi orang miskin. Aku pernah berniat memelihara tuyul atau babi ngepet. Aku pernah juga hendak jadi pelawak, agar sukses dan kaya, ”katanya, ”Kamu tahu kan, tak perlu lucu jadi pelawak, Cukup bermodal tampak bego dan mau dihina-hina,”
”lalu kenapa kau tak jadi pelawak saja?” ia mendadak terlihat sedih, lalu bercerita.”Aku kenal orang miskin yang jadi pelawak. Bertahun-tahun ia jadi pelawak, tapi tak pernah ada yang tersenyum menyaksikannya dipanggung. Baru ketka Ia mati, semua orang tertawa.”

Orang Miskin itu pernah kerja jadi badut. Kostumnya rombeng, dan menyedihkan, setiap menghibur di acara ulang tahun, anak-anak yang menyaksikan atraksinya selalu menangis ketakutan.
”Barangkali kemiskinan memang bukan hiburan yang menyenangkan buat anak-anak.” ujarnya membela diri, ketika akhirnya ia dipecat jadi badut.
Kadang – kadang, ketika merasa sedihdan lapar, orang miskin itu suka menghibur diri di depan kaca dengan gerakan-gerakan badut yang paling lucu yang tak pernah bisa membuatnya tertawa.

Orang miskin itu akrab sekali dengan lapar. Setiap kali lapar berkunjung, orang miskin itu melupakan penderitaan. Atau, seringkali, orang miskin itu mengajak lapar bermain teka teki yang selalu diulang-ulang setiap kali lapar datang bertandang.
”Hiburan apa yang paling menyenangkan ketika lapar?? ” dan orang miskin itu akan menjawabnya sendiri, ” Musik Keroncongan.” 
Dan lapar akan terpingkal-pingkal, sambil menggelitik perutnya.

Yang menyenangkan, orang miskin itu memang suka melucu. Ia kerap menceritakan kisah orang miskin yang sukses, kepadaku, ”aku punya kolega orang miskin yang aku kagumi.”katanya,”dia merintis karier jadi pengemis untuk membesarkan emapt anaknya di ITB, satu du UI, satu di UGM, dan satunya lagi di UNDIP.”
”wah,,hebat banget!!!” ujarku.” semua kuliah, ya??”
”Tidak. Semua jadi pengemis di kampus itu.”

Orang Miskin itu sendiri punya tiga anak yang masih kecil-kecil. Paling tua berumur 8 tahun. Dan bungunya belum genap 6 tahun, ”aku ingin mereka juga menjadi orang miskin yang baik dan benar sesuai ketentuan undang-undang. Setidaknya bisa mengamalkan kemiskinan mereka secara adil dan beradab berdasarkan pancasila dan UUD 45, ”begitu ia sering berkata, yang kedengaran seperti bercanda,”itulah sebabnya aku tak ingin mereka jadi pengemis!”
Tapi, seringkali kuperhatikan ia begitu bahagia, ketika anak-anaknya memberi recehan. Hasil dari Mengemis.

Pernah suatu malam kami nongkrong di warung pinggir kali. Bila lagi punya uang hasil anak-anaknya mengemis ia memang suka memanjakan diri menikmati kopi, ”orang miskin perlu juga sesekali nyantai, kan? Lagi pula, beginilah nikmatnya jadi orang miskin. punya banyak waktu buat leha-leha. Makanya, sesekali cobalah jadi orang miskin.” ujarnya, sambil menepuk-nepuk pundakku. ”kalau kamu miskin, kamu akan punya cukup tabungan penderitaan, yang bisa digunakan untuk membiayaimu sepanjang hidup. Kamu bakalan punya cadangan kesedihan yang melimpah, Jadi kamu nggak kaget kalau susah. ”Kemudian pelan-pelan ia menyeruput kopinya yang penuh kenikmatan. 
Saat - saat seperti itulah, diam-diam, aku suka mengamati wajahnya.

Wajah orang miskin itu mengingatkan pada wajah yang selalu muncul setiap kali aku berkaca. Dalam cermin itu kadang ia menggodaku dengan gaya badut paling lucu yang tak pernah membuatku tertawa. Bahkan, setiap kali ia meniru gerakanku, aku selalu pura-pura tak melihatnya.
Pernah, suatu malam, aku melihat bayangan orang miskin itu keluar dari dalam cermin, berjalan mondar-mandir, batuk-batuk kecil minta ia kembali masuk dengan wajah kecewa.
Sejak itu, bila aku berkaca, aku kerap melihatnya tengah berusaha menyembunyikan isak tangisnya.

Ada saat – saat di mana kuperhatikan wajah orang miskin itu diliputi kesedihan. ”jangan salah paham.”katanya.” aku sedih karena aku miskin. Aku sedih karena banyak sekali orang yang malu mengakui miskin. Banyak sekali orang bertambah miskin karena selalu berusaha agar tampak tidak tampak miskin.”
Entah kenapa, saat itu mendadak aku merasa kikuk dengan penampilanku yang perlente. Sejak saat itu pula aku jadi tak terlalu suka berkaca.

Bila lagi sedih orang miskin itu suka datang ke pengajian. Tuhan memang bisa menjadi hiburan menyenangkan buat orang yang lagi kesusahan, katanya ia akan terkantuk-kantuk sepanjang ceramah, tapi langsung semangat begitu makanan dibagikan.

Ada lagi satu cerita yang suka diulangnya padaku: ”Suatu Malam ada seorang pencuri menyatroni rumah orang miskin. Mengetahui hal itu, 


to be countinue.............................

Di rekrut Oleh TIGA JULI (MAS KOT)
 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites